Semut,
salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang sangat kecil. Semut suka makanan yang
manis, semua orang tahu itu dan semua orang sangat benci melihat makanan
favorite mereka diserang oleh serbuan semut-semut yang kelaparan. Begitu juga
dengan Benben, seorang anak yang baru berusia 12 tahun.
“aduh
gelas ku kok banyak semutnya gini sih! Menjijikkan!”
Benben
merasa geram ketika melihat gelas kesayangannya dipenuhi oleh semut yang hendak
mencari bekas-bekas gula di gelas miliknya. Benben pun mengguyur gelasnya
dengan air yang berasal dari keran. Ia merasa puas ketika melihat semut-semut
itu bersusah payah menyelamatkan diri mereka dari derasnya air.
Suatu
siang yang terik, Benben sedang menonton film kartun kesayangannya dengan
didampingi oleh segelas minuman dingin, beberapa makanan ringan dan juga permen.
Entah mengapa ia merasakan sengatan di sekitar kakinya. Benben kaget dan
langsung menggoyang-goyangkan kakinya yang dipenuhi oleh makhluk kecil itu.
“lagi-lagi
semut! Emangnya semut gak punya kerjaan lain apa selain gangguin aku?”
celotehnya entah kepada siapa.
Begitu
pula saat Benben melihat semut-semut yang berjejer di tembok kamarnya. Padahal
saat itu sudah larut malam tapi semut-semut yang sedang berjejer itu sama
sekali tidak terlihat lelah harus berbaris sepersekian panjangnya.
“aduh
kok semut ini ada dimana-mana sih! Ini kan udah malem, emangnya semut gak
tidur? Besok kan harus sekolah, udah pergi sana jangan mainan terus!” katanya
polos.
Keesokan
harinya, Benben tidak sengaja melihat deretan benda kecil berwarna putih yang
berjejer di sela-sela pintu dapurnya. Semakin ia dekati, semakin jelas terlihat
makhluk yang sedang bahu-membahu membawa remah-remah roti ke dalam suatu lubang
tanah yang ada di sebelah pot bunganya. Kini Benben mengerti mengapa
semut-semut itu selalu datang dengan koloninya. Mungkin salah satu alasannya
yaitu agar semut semakin mudah dan cepat mengumpulkan makanan.
Di
balik salah satu remah-remah yang berjejer, Benben melihat salah satu kepingan
roti yang lumayan besar. Ia merasa aneh dengan kepingan roti itu. Apa iya semut
yang hanya satu inci itu dapat membawa kepingan roti yang berdiameter hampir 2
cm? Ia memperhatikan kepingan roti itu, dan ternyata di balik kepingan roti itu
ada beberapa semut yang bergotong royong memindahkan kepingan roti dari dapur
Benben kesarangnya lalu balik lagi.
Seekor
semut tampak susah payah membawa remah-remah roti itu, namun salah seekor semut
lain langsung membantu membawanya dan mereka bersama-sama mengangkut remah-remah
roti itu ke sarangnya. Sungguh suatu pekerjaan gotong royong yang mengagumkan.
Benben sangat terpana melihatnya. Semut-semut itu saling bekerja sama, saling
membantu satu sama lain demi kelangsungan hidup koloninya.
Mungkin
selama ini Benben telah salah menilai makhluk yang sering membuatknya jengkel
itu. Benben tersenyum kagum pada semut-semut dihadapannya dan mulai sekarang,
semut-semut yang bersarang di lubang tanah dekat pot bunganya akan menjadi
hewan peliharaannya. Sekarang Benben sadar bahwa kelakuan semut-semut itu ada
juga yang patut dicontoh oleh manusia, salah satunya saling gotong royong dan
saling membantu satu sama lain.
Semut saja bisa, kenapa manusia tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar