Tepuk tangan dan
sorak-sorak gembira terdengar dari para penonton, ketika para dancer keluar
dari belakangpanggung. Para penonton sangat seang melihat penampilan para
dancer yang menari dengan indah dan lues. Hal ini mengingatkankupada kejadian
beberapa tahun yang lalu, kira-kira empat atau lima tahun yang lalu, saat itu
aku masih duduk dibangku sekolah dasar, atau yang akrab sisebut SD. Tepatnya
saat itu aku masih duduk dibangku kelas lima SD.
***
Ketika itu aku
baru selesai melaksanakan minggu-minggu yang melelahkan, ujian alhie semester,
dan seperti biasa, sudh menjadi budaya seusai dilaksanakannya ujian akhir
semester, baik ujian akhir semester ganjil maupun ujian akhir semester genap,
seluruh siswa siswi akan sekolah kerjabakti. Tentu saja aku dan tema-temanku
sangat senang dengan hal ini, karena kami tidak perlu berkutat dengan soal-soal
ujian yang membuat kepala kami pusing tujuh keliling, kamipun tidak perlu
membawa tas yang dipenuhi buku-buku, yang beratnya seakan membuat punggung kami
hampir patah. Ketika sekolah kerjabakti aku hanya perlu membawa alat-alat
kebersihan seperti sapu,ember, lap dan lain sebagainya.
***
Pagi itu, dikala
sang mentari baru memperlihatkan sinar paginya, dan menyapa orang-orang agar segera membuka
matanya, kala itu aku baru saja tiba di sekolah. Dan seperti biasa yang
dilakukan oleh anak SD seumuranku waktu itu, setibanya kami disekolah kami akan
mencari tempat berkumpul untuk saling mengobrol satu sama lain. Dipagi hari
yang cerah itu aku dan teman-temanku memilih teras sekolah, sebagai tempat yang
kami anggap tepat untuk sekedar duduk-duduk dan berbincang mengenai hal-hal
yang menjadi topik pembicaraan kami saat itu.
Setelah
beberapalama kami mengobrol terdengar suara bel “Tet….” Hal ini member tanda kepada kami semua, bahwa
kami harus segera berkumpul dihalaman sekolah untuk mendengarkan pengumuman
yang akan disampaikan oleh ibu atau bapak guru. Pagi itu aku mendapat tugas
menyapu halaman belakang sekolah, namun belum seberapa lama aku menyapu, bahkan
sehelai daunpun belum mengenai ujung sapuku, tiba-tiba ibu guru memanggilku dan
beberapa temanku, yakni Sri, Wilia dan Yanti. Kamipun segera menghampiri ibu
guru.
“Selamat pagi
bu..”
“Selamat pagi
anak-anak.”
“Ada apa ya,,,
ibu guru memanggil kami kemari?” Tanyaku pada ibu guru.
“Begini
anak-anak, mungki kalian sudah tahu pada saat acara perpisahan nanti disekolah
kita akan diadakan acara kecil-kecilan dan untuk itu setiap kelas diharapkan
ikut berpartisipasi, dalam mengisi acara saat perpisahan nanti, karena itu ibu
menunjuk kalian untuk mewakili kelas kita dalam acara nanti, apa kalian mau?”
Tanya ibu guru kepada kami.
“Tentu saja kami
mau, tapi acara apa yang bias kami tampilkan?” Tanya Yanti kebingungan.
“Bagaimana kalau
drama saja, dramakan cukup bagus dan menghibur.” Usul Wilia kepada kami.
“Drama memang
bagus, tapi bagiku drama terlalu sulit, dan aku kurang setuju dengan idemu
itu.” Sahut Sri.
“Tetapi drama
itu kan pagelaran yang bagus, kenapa kamu tidak setuju?” kata Wilia dengan
sedikit menggerutu.
“Bagaimana kalau
kita menampilkan tarian atau hal lainya, selain drama,,,kalian setuju tidak?”
tanyaku kepada teman-teman sembari member usul.
“Baiklah kalu
begitu, bagaimana kalau kita menampilkan dance saat acara perpisahan nanti
kalian setuju tidak?” Yanti member usul kepada kami.
Kamipun setuju
dan sepakat memilih dance, sebagai pertunjukan yang akan kami tampilkan pada
saat acara perpisahan nanti. Namun karena kami merasa kurang anggota untuk
menampilkan pertunjukan dance, kemudian kami mengajak Laras untuk ikut menjadi
anggota dance kami, dan siapa sangka Laras langsung menyetujuinya, sehingga
anggota dance kami lengkap lima orang. Rencananya nanti seusai pulang
sekolahkami akan berkumpul dirumah Sri.
***
Waktu
menunjukkan pukul 02.00 siang saat itu aku baru tiba dirumahnya Sri, dan
kudapati teman-temanku sudah terlebih dahulu tiba, mereka terlihatsibuk
merundingkan berbagai hal yang berhubungan dengan pertunjukan dance yang kami
ingin tampilkan. Melihat mereka yang sibuk berunding akupun bergabung bersama
mereka untuk merundingkan mengenai kostum, musik dan gerakan yang cocok untuk dance kami nantinya.
Namun hingga sang mentari condong kearah barat, tidak ada satupun keputusan
yang kami hasilkan, hal ini membuatku bingung, hingga akhirnya aku mengambil
inisiatif untuk bertanya kepada ibunya Sri mengenai musik, gerakan dan kostum
yang mungkin cocok untuk kami. Ibunya Sri member saran kepada kami agar kami
menonton beberapa video dance, karena dengan begitu, mungkin kami akan punya
inspirasi untuk dance kami. Akan tetapi tanpa terasa hari sudah semakin sore,
dan waktu sudah menunjukkkan pukul 06.00, ini bertanda kami harus pulang
kerumah kami masing-masing karena hari akan segera petang.
***
Keesokan harinya
kami mulaiberlatih pukul 03.00 sore, latihan kembali dilakukan dirumahnya Sri,
kami melakukan latihan dihalaman rumahnya, namun hal lucu terjadi,
ditengah-tengah asyiknya kami berlatih tiba-tiba muncul seekor anjing yang
berlari dan mengonggong kearah kami dan hal ini sontak membuat kami kaget dan
tanpa pikir panjang, kami berlari dan memanjat sebuah pohon saat itulah tanpa
sengaja kepalaku membentur sebuah batang pohon. Kemudian setelah beberapa saat,
ketika kami suah merasa aman kami kembali menlanjutkan latihan.
***
Dihari
berikutnya kami sepakat untuk masih melakukan latihan dance ditempat yangsama,
namun tiba-tiba Yanti menelpon, bahwa ia tidak bias datang kerumahnya Sri,
karena hari itu orang tua tidak ada dirumah dan tidak ada yang mengantarnya.
Mendengar hal ini kami mengambil inisiatif untuk melakukan latihan dirumahnya
Yanti. Setibanya kami dirumahnya Yanti, kami langsung berlatih, kami tiak ingin
membuang-buang waktu yang ada. Namun hal yang tidak diinginkan terjadi, Yanti
salah memencet tombol tape, dan hal ini membuat sebagian music dance terhapus,
mengetahui hal ini Wilia dan Sri benar-benar marah, akan tetapi aku dan Laras
mencoba untuk melerai mereka, aku adn Laras tidak ingin melihat adanya
pertengkaran.
Karena kami merasa sedih dan bingung kami
meminta bantuan kepada orang tua kami agar mereka membantu kami mencarikan
kaset yang sama dibeberapa toko kaset, namun hasilnya nihil kaset itu tidak ada
di toko kaset manapun, karena hal ini Sri menjadi semakin marah terhadap Yanti,
Laraspun menceritakan hal ini kepadaku hingga sampailah kami pada keputusa
untuk mencoba mencari kaset itu dibeberapa took kaset. Setelah beberapa lama
kami berkeliling, memasuki satu demi satu tokokaset, namun hasilnya tetap nihil
kaset itu tidak tersedia di toko kaset manapun. Kami menjadi putus asa dan
benar-benar kecewa hingga kami memutuskan untuk membatalkan perunjukan dance
yang kami ingin tampilkan saat acara perpisahan nanti. Dengan begini kami rasa
semua masalah akan selesai dan Sri tidak akan marah lagi kepada Yanti
***
Hari dimana
acara perpisahan diadakanpun tiba, kami begitu senang melihat berbagai
pertunjukan yang ditampilkan oleh seluruh siswa siswi Dari kelas satu hingga
kelas enam. Namun hal ini tetap tidak bias menutupi rasa kecewa kami, karena
gagal tampil dalam acara ini. Namun aku rasa dengan beigni aku dan
teman-temanku mendapat pelajaran berharga agar kelak kami tidak melakukan
hal-hal ceroboh yang dapat merugikan diri sendiri.
Written by: Luh Diah Pebrianti